Lulus Doktor dengan IPK 4,0, Wamentan Sudaryono Ungkap Strategi Sukses Holding BUMN

 

Bogor, Jawa Barat - Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono kembali menorehkan prestasi membanggakan, tidak hanya di bidang pemerintahan tetapi juga akademik.

 

Ia resmi meraih gelar Doktor dari IPB University setelah berhasil mempertahankan disertasi dalam sidang terbuka yang digelar di Auditorium Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB University, Bogor, Senin (8/12/2025).

 

Yang membuat capaian ini semakin istimewa, Sudaryono menyelesaikan pendidikan Doktoralnya dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna 4,0 dalam waktu enam tahun.

 

Sidang terbuka tersebut turut dihadiri sejumlah tokoh nasional, akademisi, serta jajaran pimpinan IPB University.

 

Sudaryono, yang akrab disapa Mas Dar, memaparkan disertasi berjudul “Evaluasi dan Strategi Optimisasi Kinerja BUMN Pasca Kebijakan Holdingisasi di Indonesia”.

 

Penelitian ini secara mendalam mengkaji dampak kebijakan holdingisasi terhadap kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN), khususnya dari sisi tata kelola, keuangan, dan efektivitas organisasi.

 

Dalam pemaparannya, Sudaryono menjelaskan bahwa perubahan struktur organisasi BUMN melalui holdingisasi menuntut penguatan aspek Key Strategic Performance Objective (KSPO) serta pengelolaan utang yang lebih disiplin dan terukur.

 

“Setelah organisasi mengalami perubahan, aspek KSPO dan pengelolaan utang menjadi sangat krusial. Karena itu, penguatan organisasi serta sistem pengawasan kerja menjadi kunci utama agar tujuan holdingisasi tercapai,” ujar Sudaryono di hadapan tim penguji.

 

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kebijakan holdingisasi secara umum dinilai tepat, terutama ketika diterapkan pada sektor-sektor strategis nasional.

 

Salah satu sektor yang paling menonjol keberhasilannya adalah sektor pertanian, khususnya industri pupuk.

 

Menurut Sudaryono, holdingisasi pada sektor pupuk memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja keuangan dan operasional BUMN.

 

Transformasi kebijakan subsidi menjadi faktor penting dalam keberhasilan tersebut.

 

“Subsidi pupuk yang sebelumnya berada di ujung produk akhir dialihkan ke subsidi bahan baku. Kebijakan ini memberikan implikasi positif terhadap kinerja keuangan BUMN, khususnya Pupuk Indonesia,” jelasnya.

 

Ia menambahkan, perubahan skema subsidi tersebut tidak hanya meningkatkan efisiensi perusahaan, tetapi juga memperkuat ketahanan industri pupuk nasional dalam jangka panjang.

 

Lebih jauh, Sudaryono mengungkapkan bahwa holdingisasi di sektor pupuk berhasil menciptakan efisiensi yang nyata dan terukur.

 

Berdasarkan hasil penelitian, efisiensi yang dihasilkan mencapai 4,1 persen dan 3,6 persen.

 

Menariknya, efisiensi tersebut tidak berhenti di level korporasi, tetapi langsung dirasakan oleh masyarakat.

 

“Efisiensi itu dikembalikan ke rakyat dalam bentuk diskon pupuk bersubsidi sebesar 20 persen, tanpa membutuhkan tambahan anggaran dari APBN,” tegas Sudaryono.

 

Kebijakan ini dinilai sebagai contoh konkret bagaimana transformasi BUMN dapat memberikan manfaat langsung bagi petani, sekaligus menjaga kesehatan keuangan negara.

 

Sebagai anak petani asal Grobogan, Jawa Tengah, Sudaryono menegaskan bahwa riset yang ia lakukan bukan sekadar kajian akademik, melainkan bentuk komitmen pribadi untuk memperkuat sektor pertanian nasional.

 

Ia berharap hasil disertasinya dapat menjadi rujukan dalam perumusan kebijakan lanjutan terkait pengelolaan BUMN, khususnya yang berkaitan langsung dengan hajat hidup petani dan ketahanan pangan nasional.

 

“Transformasi BUMN harus selalu berpihak pada kepentingan rakyat. Ketika tata kelola diperbaiki dan efisiensi tercapai, maka manfaatnya harus kembali ke masyarakat,” pungkasnya.

 

Capaian akademik Wamentan Sudaryono ini menjadi bukti bahwa sinergi antara dunia akademik dan kebijakan publik mampu menghasilkan solusi nyata bagi pembangunan nasional, khususnya di sektor pertanian dan pangan.

 

(Red/*)

Artikel terkait = kabartujuhsatu.news